Sebelum April Berakhir

 

Gambar Oleh KaiPilger dari Pixabay


Aku pernah berpikir cinta akan selalu menemukan jalannya,
meski jalan itu mungkin sempit, retak, dan kadang penuh duri yang kutanam sendiri.

Aku mencintaimu—dengan cara yang sering kali tak bisa kupahami,
apalagi kamu, tentu saja akan sulit mengerti.

Bukan karena tak ingin membahagiakanmu,
tapi karena terlalu ingin menjadi segalanya untukmu,
aku justru sering menjelma apa pun yang menyakitimu.

Kau tahu,
ada hari-hari di mana aku berbicara terlalu keras,
seakan suara yang tinggi bisa menjelaskan isi hatiku yang bergejolak.
Padahal aku hanya ingin dimengerti,
ingin didekap tanpa harus banyak berucap,
ingin kamu tahu bahwa di balik amarahku yang meledak-ledak,
ada kobaran cinta yang tak terelak.

Namun, cinta tak butuh diteriakkan.
Ia hanya ingin dirasakan.

Dan, seringkai aku lupa itu.

Aku terlalu sibuk mengukur sayangku dengan omelan-omelan kecil,
dengan kecemasan yang kutumpahkan tanpa berpikir,
dengan lelah yang tak kupilah sebelum kutuangkan padamu.

Aku ingin menghapuskan bebanmu,
tapi justru berulangkali kutambahkan isinya.
Aku ingin jadi tempat paling nyaman untukmu pulang,
tapi aku malah menjadi badai dalam ruang yang kamu butuhkan untuk bernapas.

Lalu, kala Tuhan memperlihatkan sepasang matamu yang basah,
dan dada yang kamu tekan kuat agar tidak pecah.

Rasanya, aku sungguh tak layak menjadi rumah. Ketika aku sendiri yang membakar segala asa yang masih tersisa.

Tangisku jatuh.
Bukan karena melihatmu menangis,
tapi karena aku sadar:
akulah alasan mengapa sosok sekuat dirimu bisa jatuh dalam tangis.

Sebelum April berakhir,
izinkan aku memungut serpih luka yang berserak karena kelakuanku.
Izinkan aku membasuh hatimu dengan kata-kata yang selama ini tak sempat terujar,
sebab aku terlalu sering berbicara, tapi lupa untuk menyampaikan.

Maaf untuk semua badai yang kusematkan di tiap langkahmu.
Terima kasih karena tetap tinggal,
meski aku belum sepenuhnya menjadi alasan untukmu terus bertahan.

Aku tidak lagi butuh keindahan di bulan April ini.
Aku hanya ingin kamu tahu—bahwa kamu, dengan segala kurang dan lebihmu,
selalu cukup untuk hatiku yang penuh retak dan belajar utuh.

Semoga segala kebaikan mendekat padamu,
semoga semesta memelukmu lebih hangat dari amarahku.
Dan semoga,
kamu tetap bersabar dalam mencintaiku,
seperti aku yang sedang belajar mencintaimu …
dengan cara yang lebih benar.



di penghujung April, 2025


Post a Comment

0 Comments